Minggu, 02 Februari 2014

Tahukah Anda - Sulitnya mencari Ajudan

Bahwa untuk mendapatkan seorang ajudan pertama di Indonesia bagi Presiden Pertama Indonesia bukanlah hal gampang.

Dikarenakan ketika jaman Revolusi kriteria seorang ajudan belum ada, dan para menteri di Kabinet berpola pikir bahwa seorang ajudan adalah seorang yg harus berani, semangat dan bermoral tinggi.

Untuk mendapatkan seorang ajudan seperti itu, maka harus diambil dari kancah revolusi yang terhebat yaitu daerah revolusi Surabaya di bulan Oktober dan November.

Akan tetapi pikiran tersebut tidak tepat bila ditinjau dari keadaan psikologis “arek-arek Surabaya”, alias tidak sejalan.

Adalah anggota DPR I, Soejono Prawirobismo yg menawarkan kepada para pejuang untuk menjadi ajudan Presiden RI pertama, tetapi ditanggapi dingin, malah condong ditertawakan.
Soejono atau biasa dipanggil Mas Jono sendiri tidak begitu heran dengan respon mereka, dan dikemudian hari menjelaskan secara humor kepada kami.

Dalam bahasa Surabaya dia bilang,”Wong arek2 sik seneng-senenge nyekel bedil ambek granat, sik kepingin nggasak longdo-Inggris, katene dikongkon dadi ajudan nok daerah mburi, sopo gelem.” (Masa orang2 masih senang-senangnya megang senjata dan granat dan masih ingik menyikat belanda-inggris, akan disuruh menjadi ajudan digaris belakang, siapa yang mau.”)

Dia juga menyitir kata2 arek2 Surabaya, dan mungkin bagi bukan orang Surabaya kedengarannya kurang ajar, tapi sebenarnya bagi mereka hanya reaksi yg amat sarkastis kedengaran nya namun sebetul nya dimaksudkan untuk melucu,
“Olah opo, main dadi ajudan, iso kliru-klirune nggawakno selendang ambek popok, sepurane ae.” (Buat apa main menjadi ajudan, salah2 bisa disuruh membawa selendang dan popok, maaf saja!”)

Soejono tetapi tidak putus asa, dan akhirnya Mas Jono mendapatkan tiga pemuda yg kebetulan aktif ikut di kalangan kantor Soejono sendiri, yaitu maskas DPRI di Mojokerto.

Mas Jono sangat puas, dan segera memerintahkan mereka Soegandi, Achmad dan Arifin untuk berangkat ke Djokjakarta.

Mereka adalah pelajar Sekolah Menengah Surabay yg tidak aktif tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Mereka termasuk non-combatant.

Soegandi menjadi ajudan Bung Karno, sedangkan Achmad dan Arifin yg berasal dari Sumatera menjadi ajudan Bung Hatta.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar