Senin, 24 Februari 2014
Posted by Unknown on 13.42 with No comments
January 1968, US Navy electronic surveillance ship USS Pueblo sedang biasa melakukan misi rutinya di pesisir timur Korea Utara. Menyadap Transmisi apapun yg menarik. Tapi transmisi dari Sovyet ke DPRK tidak seperti baisanya, senyap dan sanagt sedikit.
Lalu pada pagi 22 January, Sesuatu yg luar biasa terjadi 21 orang North Korean operatives yg menyebrang DMZ dengan mengunakan seragam pasukan Korsel menyusup masuk, sebelum diditeksi hanya 1 blok dari Istana Presiden. dalam tembak2an yg terjadi ke 20 assasin tersebut tewas / bunuh diri. 1-1nya survivor mengungkap rencana untuk membunuh president dan Kabinet Korsel
Tanpa sadar apa yg terjadi di darat, ke Pueblo melanjutkan menguping Korut. sampai Sebuah kapal patroli Korut menguber Pueblo sepertinya setelah diberitahu posisinya oleh 2 kapal nelayan sehari sebelumnya. Pueblo yg berada lebih dari 12 Mill dari pesisir alias di Internasional water, mengibrkan bendera US. yg direspon dengan tembakan 57mm oleh DPRK ke lambung Kapal
Pueblo langsung bermanuver menjauh, karena senjata kapal saat itu tertutup oleh es tebal Pueblo tak bisa balas menembak
Tapi dari kejauhan 2 Kapal perang DPRK lain terlihat di horizon dan 2 buah MIG sudah mengudara di atas kapal
Commander Bucher, yg merasa bantuan fighter dari Jepang tak akan datang tepat waktu, menyerah. sambil sebisa mungkin menghancurkan dokumen sensitive, dan setiap peralatan elektronik dengan palu.
Ketika kapal sampai di Pelabuhan Wonsan, para petingi DPRK datang untuk menghadiri Upacara kemenangan, ke 83 kru Pueblo diarak di jalan2.
US navy bereaksi dengan mengelar task force untuk menghadapi Korut. bagaimanapun President Johnson tidak ingin konflik bereskalasi karena serangan militer akan membuat sekutu komunis Korut akan balas menyerang
Lalu beberapa minggu, Amerika dikejutkan oleh foto2 yg dirilis oleh DPRK, yg menyatakan para kru membelot, diperlakukan dengan baik, dan hidup senang di Korut. dapet makan bulloqi lagi
Tapi serangkaian foto tersebut aneh
Ga lihat ?
coba lagi
DPRK yg tidak familiar dengan gesture orang Amerika, mungkin karena ga sering nonton felem Hollywood
Melanjutkan siksaan dan Pemukulan rutin, tanpa menyadari kode rahasia "The fingger" yg diberikan para kru bahwa ini hanya upaya propoganda, dan literaly say HELP !
Para Kru hanya berkata bahwa gesture itu adalah "Hawaian good luck sign" dan DPRK menerima penjelasan itu.
Setiap hari diluar siksaan rutin, Para kru diberi tontonan Filem Glorious Fatherland yg menceritakan sejarah US dan dunia versi NK. yg oleh para kru dibilang kek felem lansiran tahun 1800an
Lalu foto2 tersebutu muncul di TIME dan menarik perhatian publik Amerika, memaksa US untuk meminta maaf. dan akhirnya pada Desember para kru akhirnya dipulangkan oleh Korea Utara. setelah 7 hari pukulan tanpa henti setelah DPRK mengetahui arti asli dari "tanda keberuntungan HAwai"
Sampai hari ini, USS Pueblo masih di DPRK. menjadikan 1-1nya kapal US navy yg ada di tangan negara asing. dan menjadi atraksi publik setelah segala peralatan elektronik diberikan ke sovyet yg menerimanya dengan tangan terbuka. dan dilaporkan menghemat 3-5 tahun ketingalanya dalam bidang pengintaian elektronik dari Barat
USS Pueblo, dapat dikunjungi dengan Dipandu Pemandu Turis dari DPRK, yg akan menceritakan kisah USS pueblo versi NK. yg kurang lebih seperti ini :
In January Juche 57 (1968) the navy of the Korean Peoples Army captured the US imperialist armed spy ship Pueblo in the very act of espionage in the territorial waters of Korea. Like a thief raising a hue and cry, the US imperialists raved about reprisals, and ordered out many war vessels including a nuclear aircraft carrier and aircraft, bringing the situation to the brink of war.
Kim Il Sung denounced the US moves as a shameless aggressive act that would threaten peace and security of the DPRK and its people, and clarified the principled stand that the Korean people would retaliate for retaliation and return all-out war for all-out war.
Alarmed by Kim Il Sungs resolute stand and the unyielding fighting will and indestructible strength of the Korean people who were rallied closely around their leader Kim Il Sung, the US imperialists signed a letter of apology, recognizing their aggressive act in the eyes of the world and guaranteeing that no US warship would intrude into the territorial waters of the DPRK again.
Categories: tahukah anda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar