Senin, 24 Februari 2014

Proyeksi Kemampuan Kapal Selam Angkatan Laut Australia

HMAS Rankin, Australian Collins-class  (photo: Seaman Ryan C. McGinley) HMAS Rankin, Australian Collins-class (photo: Seaman Ryan C. McGinley)

KAPAL SELAM :(DM) - Proyek kapal selam Australia dimulai sekitar tahun 1982. Proyek Collins class ini merupakan desain unik yang disesuaikan dengan persyaratan Australia. Bagian kapal selam pertama dibangun oleh Kockums di Swedia, namun sebagian besar pekerjaan dilakukan di Australia oleh galangan kapal lokal milik pemerintah. Keseluruhan kapal kedua sampai keenam dibangun secara lokal.

Upaya ‘melokalisir’ design asli Kockums ini tanpa asistensi pemilik design aslinya kemudian dianggap sebagai blunder dalam pembangunan Collins class yang menyebabkan “cacat teknis”. Kapal selam tersebut mengalami penurunan kemampuan karena berbagai masalah (baterai, mesin, generator, towed array, dan propulsi darurat) yang telah diketahui secara luas selama bertahun-tahun. Bahkan sampai saat ini ada dua kapal selam sejenis yang tergeletak di dock selama sembilan tahun.
Dan selain masalah teknis Collins class, RAN juga mengalami masalah kekurangan crew untuk operator kapal selam mereka. Laporan 100 halaman pada tahun 2009 menyatakan bahwa akibat kekurangan crew, hanya 3 dari 6 Collins class yang bisa beroperasi. Laporan lanjutan malah menyebutkan hanya 2 dari 6 Collins class yang mampu beroperasi.


Untuk mengatasi kekurangan crew kapal selam ini, pemerintah Australia melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Diantaranya adalah dengan merekrut personil dari negara lain dengan diutamakan negara asal UK dan Cananda. Selain itu juga penawaran bonus sebesar $60.000 AUD untuk masa tugas 18 bulan di luar gaji pokok $56,000 – $85,000 per tahun

Saat ini RAN berusaha menggandakan jumlah kapal selam mereka menjadi 12 unit di tahun 2020-2030. Pemerintah Australia sudah menganggarkan dana riset sebesar $214 juta AUD hanya untuk pemilihan design kapal selam pengganti Collins class.

Estimasi dana pengadaan kapal selam baru sendiri dianggarkan sekitar $36-44 milyar AUD atau sekitar $3-3.6 milyar AUD per unit. Belum jelas apa kapal selam pengganti Collins class nanti. Tetap ada kemungkinan kembali menggunakan design Kockums seperti Collins class dengan type Archer/Challenger-class seperti yang digunakan RSN (The Republic of Singapore Navy) atau bahkan ikut melirik kapal selam Jerman terbaru pengembangan Type 216 HDW seperti Type 218SG.

Pada 2012 juga terdengar kabar Australia mempertimbangkan teknologi kapal selam Soryu-class dgn berat 4200 ton buatan Mitsubishi Heavy Industries. Dan selain itu terdengar juga wacana mengganti Collins class dengan kapal selam bertenaga nuklir. Yang menjadi parameter pertimbangan pihak terkait Australia sebelum memutuskan pilihan diantaranya adalah: Endurance, Fuel Load, Hull and Equipment Efficiencies, Reliability, Maintainability and Redundancy, Stowage Capacity, Crew Endurance, Payload Capacities, Hull Size, Range and Radius of Action. Selain itu juga ada wacana yang mensyaratkan kemampuan serang darat pada kapal selam masa depan RAN.

Jika RAN nanti kemudian benar-benar berhasil mengejar ambisi 12 kapal selam pada tahun 2020-2030 di tengah kesulitan mendapatkan crew kapal selam, maka bisa dipertanyakan crew dari negara mana saja yang sebenarnya mengawaki 12 kapal selam tersebut. Dengan dana sekitar $40 milyar AUD dan pengalaman berharga dari pembangunan Collins class sebelumnya, bisa dipastikan kekuatan kapal selam Australia 2020 akan meningkat pesat.

Proyeksi Kemampuan Kapal Selam Angkatan Laut Republik Indonesia.

Saat ini TNI AL dengan Korps Hui Kencana mengoperasikan dua unit kapal selam U209/1300 buatan HDW Jerman tahun 1981 yang diberi nama KRI Cakra dan KRI Nenggala. Walau tidak digunakan oleh AL Jerman sendiri namun type U209 ini sukses dan digunakan oleh 13 negara termasuk Indonesia. Mengingat usianya yang sudah cukup tua kapal selam U209 TNI AL ini sudah mengalami overhaul and retrofit. Diantaranya dilakukan di dermaga Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan, mencakup sistem kendali senjata, radar, sonar, alat komunikasi, hingga penggantian separuh badan kapal dari haluan sampai buritan dan menelan biaya $75 juta USD.

Beberapa tahun yang lalu pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia akan membeli kapal selam Chang Bogo Class buatan Korea Selatan dengan skema alih teknologi. Kemudian juga disusul oleh pengumuman rencana pembelian Kilo-class Russia dan baru-baru ini juga berita opsi pengadaan kapal selam dari Turki.

Tidak seperti Kilo class yang banyak dukungan di kalangan penggemar militer, Chang bogo mendapatkan reaksi lesu dan bahkan negatif. Padahal Chang bogo merupakan upgrade dan pengembangan berbasis U209 oleh Korea Selatan, dimensinya berbeda dan mengalami penyesuaian dan peningkatan kemampuan, bukan lagi U209 standard yang dibangun dengan lisensi seperti yang dilakukan oleh Turki.

Diantara berbagai opsi pengadaan yang sudah disampaikan, saat ini Chang Bogo juga adalah opsi yang paling jelas perjalanannya dan merupakan proyek jangka panjang karena faktor ToT dan kaitannya masa depan kemandirian alutsista. Kontrak sudah dilakukan dan bahkan dana $250 juta USD untuk PT.PAL sebagai kontraktor dalam negeri sudah disetujui. Benarkan Chang bogo buatan Korsel ini adalah “Anjing Kampung di tengah serbuan anjing Herder?”

Seperti Collins class, proyek kapal selam Angkatan Laut Republik Korea (ROKN) juga dimulai pada tahun 1982. Program pengadaan sempat ditunda pada tahun 1984 namun dilanjutkan pada tahun 1986. Pemilihan U209 sebagai dasar bagi Kapal Selam Korsel melalui proses pemilihan panjang dengan berdasarkan keinginan pemerintah Korea untuk memiliki desain kapal selam yang sudah terbukti ketangguhannya. Kandidat pilihannya adalah Type 209, Agosta dan Sauro, dengan parameter pertimbangan: kinerja, harga, transfer teknologi dan asistensi militer dari segi pendidikan & pelatihan. Tipe 209 yang akhirnya dipilih.

Kapal selam pertama dibangun oleh HDW di Jerman (dengan perwakilan Dephan Korsel dan personil pembuatan kapal dikirim ke Jerman untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan) dan 8 unit sisanya akan dibangun dalam beberapa batch oleh galangan kapal Daewoo di Korea. Pada bulan Oktober 1992 kapal pertama melaut dan sejak saat itu Korea Selatan dan Angkatan Lautnya menunjukkan kemampuan luar biasa dalam hal kemampuan pembangunan kapal selam, pemeliharaan dan operasional.

Dalam berbagai latihan internasional seperti RIMPAC dan Tandem Thrust, kapal selam Angkatan Laut Korea Type 209 ini mampu menunjukkan keunggulan dalam mendeteksi dan menyerang “musuh” yang tangguh. Pada tahun 1998 kapal selam ROKN Lee Jong Moo berpartisipasi dalam RIMPAC mampu menenggelamkan 13 kapal perang, dan merupakan satu-satunya kapal selam yang mampu bertahan hingga akhir latihan.
Konvoy Kapal Perang AS dan Kanada dengan USS John C. Stennis (CVN 74) di lautan Pasifik, untuk berpartisipasi dalam  RIMPAC 2004 (photo: Jayme Pastoric)

Konvoy Kapal Perang AS dan Kanada dengan USS John C. Stennis (CVN 74) di lautan Pasifik, untuk berpartisipasi dalam RIMPAC 2004 (photo: Jayme Pastoric)
 
Kapal selam Korea lainnya ROKN Park Wi berpartisipasi dalam RIMPAC 2000. Mengingat prestasi kapal selam Korea sebelumnya pada pada RIMPAC tahun 1998, pasukan “musuh” mencermati Park Wi ini dan menjadikan kapal itu prioritas utama untuk diburu dan ditenggelamkan selama latihan. Namun, kapal selam type 209 buatan Korea ini kembali mampu menenggelamkan 11 kapal musuh dan, lagi lagi, mampu selamat sampai akhir latihan tanpa terdeteksi sekali oleh pasukan musuh. Admiral Konetzni, COMSUBPAC pada saat itu, secara terbuka memuji kinerja kapal selam Angkatan Laut Korea Selatan.

Pada tahun 2002 ROKS Na Daeyong berpartisipasi kembali dalam RIMPAC. Menenggelamkan 10 kapal musuh, dan seperti yang terjadi sebelumnya juga mampu bertahan sampai akhir latihan. Yang menarik saat itu Na Daeyong satu group Opposition Force (OPFOR) dengan HMAS Sheean RAN, dan kemudian menjadi berita positif kualitas kapal selam Collins-class di dalam dan luar negeri di tengah berbagai berita miring akan berbagai kendala teknis mengenai Collins class, sementara Chang Bogo selalu memperlihatkan hasil konsisten.

RIMPAC (Rim of the Pacific Exercise) sendiri adalah latihan perang maritim terbesar di dunia. Diikuti oleh Australia, Kanada, New Zealand, UK dan US. Setelah itu kemudian secara rutin diikuti juga oleh Chile, Kolombia, Perancis, Indonesia, Jepang, Malaysia, Belanda, Peru, Singapura, Korea Selatan dan Thailand.

Beberapa negara lain diundang sebagai pengamat, diantaranya China, Ekuador, India, Mexico, Pilipina, dan Russia. Pada RIMPAC tahun 2004 CHANG BOGO ikut unjuk kemampuan. Kapal selam pilihan TNI ini berhasil meluncurkan total 40 torpedo simulasi terhadap 15 kapal permukaan, termasuk kapal induk bertenaga nuklir USS JOHN C Stennis dan kapal-kapal pengawalnya. Kapal selam Chang Bogo class ini lagi-lagi kembali mampu bertahan sampai akhir latihan tanpa terdeteksi dan tanpa mengalami kendala masalah mekanis selama beroperasi. Kinerja kapal selam ROKN pada latihan ini pun kembali telah mengundang perhatian yang tajam.

Sebagai gambaran tingkat kemampuan Chang Bogo kita harus mengetahui gambaran level kekuatan USS JOHN C Stennis yang berhasil diserangnya tanpa mampu membalas dalam simulasi perang RIMPAC 2004 lalu. USS John C. Stennis (CVN 74) adalah kapal induk kelas Nimitz bertenaga nuklir dengan berat 103.300 ton dan panjang 332.8 meter. Battle Group USS John C. Stennis, selain kapal induk tersebut mempunyai pengawal yang terdiri dari 1 cruiser (USS Mobile Bay), 4 destroyer (USS Dewey, Kidd, Milius,Wayne E. Meyer) dan 1 kapal supply (USNS Bridge) serta beberapa kapal selam yang tidak diketahui jumlahnya. Kinerja Chang bogo yang mampu “melukai” kapal induk USN plus para pengawalnya tanpa terdeteksi membuktikan bahwa Chang bogo adalah kapal selam yang punya kemampuan tinggi.
 
 
USS John C. Stennis (kiri) dibandingkan dengan kapal induk UK Invincible-class HMS Illustrious
Dari berbagai faktor seperti kemampuan teknis, harga, dan akses ToT, tidak mengherankan Kemenhan dan TNI kemudian memilih Chang Bogo sebagai sumber alih teknologi kapal selam nasional. Langkah-langkah yang dilakukan Kemenhan dan TNI juga persis dengan langkah yang sebelumnya dilakukan Korsel ketika menyerap teknologi type U209 dari Jerman, sebelum kemudian dikembangkan sendiri menjadi Chang Bogo class.

Belum lama ini juga Indonesia melakukan upaya pengadaan Kilo class Russia. Pihak Kemenhan mengatakan bahwa bukan Kilo class-nya yang dikejar tapi rudal Klub S yang dibawanya. Apakah Indonesia hanya berniat mengoperasikan CBG dan Kilo class bersama-sama atau punya ambisi lebih jauh berkaitan dengan kemandirian alutsista belum bisa dipastikan. Tapi JIKA bentuk kapal selam nasional nanti adalah berbasis Chang Bogo yang dilengkapi persenjataan Russia, maka kapal nasional Indonesia nantinya sama sekali bukan anjing kampung yang hanya mampu muter-muter di halaman rumah sendiri, tapi harimau bersayap yang sudah teruji kemampuannya. Chang Bogo dan Kilo class baik beroperasi terpisah atau digabungkan kemampuannya sebagai sumber teknologi kapal selam nasional 2020-2030 sama-sama memberikan harapan tinggi bagi lompatan kemampuan Korps Hiu Kencana.


SUMBER
 
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar